BIrthday yang aneh; Face it, adapt.

Tgl 20 januari, saya berulang tahun. Semuanya berjalan menyenangkan hari itu. Lanang (8 th) dan Izam (6 th), 2 anak saya, bekerjasama mengerjakan tugas mereka. Izam dapat tugas cooking class, lalu mereka berdua membuat kentang bakar keju. Saya bagian bantu-bantu dan dokumentasi. 



Selesai tugas Izam, Lanang mengerjakan tugas membuat koreografi senam untuk lagu "menanam jagung". Setelah membuat gerakannya, Lanang melakukan senam bersama dengan Izam, lagi-lagi saya bagian dokumentasinya.

Hari itu saya tersentuh dengan bagaimana anak-anak menghadapi pandemi dengan penuh keceriaan, menerima sekolah online tanpa keluhan, tetap seru walaupun tidak pernah kemana-mana.

Saat itu saya menemukan quotes baru yang ternyata sangat relate dengan kejadian hari selanjutnya, dan masih jadi jargon buat saya sampai hari ini:

FACE IT, ADAPT.

Sorenya, karena tahu saya berulangtahun anak-anak minta bonus makan Mc D, maka pesanlah kami happy meal. itu saja sudah bikin mereka bahagia.

Menjelang magrib bapaknya pulang. bawa kue tart. bertambahlah kebahagiaan anak-anak. Saat itu setelah mandi suami bilang kalau badannya meriang. Tapi meriang itu biasa terjadi kan ya, apalagi hari sebelumnya dia kehujanan saat naik vespa.

Setelah Isya... kami adakan acara syukuran sederhana. Potong kue dan baca doa. Saat kotak kue tartnya dibuka...jeng-jeng, bentuknya nggak jelas, hehe.... ternyata pak su beli kue tartnya siang hari... disimpan di mobil, gulanya meleleh. Walhasil kue yang awalnya (katanya) berbentuk putri itu, lebih tampak seperti kue bergambar pegulat sumo yang difoto dari belakang....ambyarrr

Tapi nggak papa.. tetap baca doa dan potong kue. 

Malamnya, pak su mulai demam... badannya nggak enak. Seperti mau flu, tapi pusing sekali sampai tidak bisa tidur. Feeling saya mulai nggak enak...paracetamol sudah diminum tapi demam dan pusing tidak berkurang.. matanya merah dan terlihat sekali sangat tidak nyaman. saya sungguh curigesyen.

paginya..kami putuskan supaya pak su cek swab antigen, karena gejalanya tidak biasa. hasilnya...positif ^_^.

Tgl 25 Januari, suami berulang tahun. dimana kami merayakannya? di shelter UMY :).  Nanti di tulisan lain saya cerita kronologinya ya....


Kami merayakannya bertiga, suami, saya, dan anak pertama kami Lanang. Ada kiriman kue tart dari kantor Pak Su, cukuplah untuk bikin perayaan kecil. Tiup lilin, doa dan potong kue.

Hari itu kondisi Pak Su drop. Demam tinggi (hari sebelumnya nafasnya berat setelah minum paracetamol sampai di oksigen, sehingga dia menolak minum paracetamol setelah itu, ya pasti berdampak pada demamnya yang awet), selera makan hilang. padahal hari itu kondisi saya membaik. Saat itu saya galaw, takut sekali dengan istilah yang paling menakutkan dalam covid, yaitu perburukan. kelak saya tahu itu belum bisa disebut perburukan. Tapi di malam itu saya betul-betul cemas. Setelah beberapa hari berhasil melalui serangan negara api ini dengan tegar tanpa drama, akhirnya pertahanan saya bobol. Saya mewek dengan sukses. Tersedu di hadapan-Nya.

Syukurlah, hari ke 6, pak su mulai better. Dan dia pun berteori, covid itu terberat nya di 5 hari pertama. Selanjutnya tinggal recovery. And you know what? Itu ga berlaku buat saya. Jadi intinya ga usah berteori deh, karena tiap orang beda-beda. Jalani aja dengan bahagia.... sebisanya.

Comments

Popular Posts