Cerita dari kereta


Dalam sebuah perjalanan tugas, aku harus menempuh perjalanan Jogja-Jakarta, dan Jakarta-Semarang. Sesuai kemampuan penyelenggara, fasilitas yang disediakan adalah darat eksekutif. Buat aku nggak masalah sih perjalanan darat. Toh naik kereta asyik juga (biarpun kalo jogja-jakarta itungannya lumayan, karena hampir seharian di kereta).

Setelah kegiatan di Jakarta yang memakan waktu 3 hari-an selesai, aku melanjutkan perjalanan ke semarang. Kali ini aku sendiri, karena partnerku kembali ke Jogja. Nah di perjalanan ini ada kejadian unik. Waktu itu, aku pilih perjalanan malam dengan argo anggrek ke Semarang. Saat kereta merapat (ini kereta apa kapal sih,kok merapat?) penumpang antri masuk ke pintu kereta yang imut2. Sebetulnya aku agak heran juga. Biasanya, biarpun antri kita nggak akan sampai berdiri terlalu lama di luar pintu kereta. Ini kok macet lama, ada apa sih? Setelah mendapat giliran masuk dan sudah berada di dalam, aku baru tahu apa yang terjadi. Ternyata ada 1 rombongan yang salah gerbong. Kalau dilihat dari tampilannya sih sepertinya satu keluarga. Masalahnya mereka bawa barang buanyaaak banget. jadi rombongan yang tersesat itu terdiri dari 5 orang dengan (maaf) ukuran minimal XXL. barang bawaan besar-besar, plus porter yang mengangkutnya. yah... pantesan macet.

Tapi itu bukan inti dari kejadian yang ingin aku ceritakan. Karena memberi jalan kepada rombongan ini untuk berpindah gerbong, penumpang tentunya menepi, berdiri di antara kursi, dan tentunya lagi,menghadap ke tengah. Mungkin karena nggak enak hati ditatap puluhan pasang mata, salah satu anggota rombongan ini berbicara dengan suara yang cukup keras "Yaah... biasanya naik pesawat, naik kereta. jadi gini deh..!!" sedetik kemudian, anggota rombongan lain menyahut, tak kalah kerasnya "Biasa barang dimasukin bagasi sih lu!" lalu terulang lagi dialog pertama "Biasa naik pesawat, naik kereta..." Entah di gerbong selanjutnya mereka mengulang lagi dialog itu atau tidak. Aku dan penumpang lain, yang berdiri berjajar layaknya pagar betis (bukan pager ayu/pager bagus, soalnya udah kucel) terdiam menyaksikan pentas teatrikal barusan. Ekspresinya macam-macam, ada yang tarik nafas, ada yang geleng-geleng, dan ada yang tersenyum sekecut lemon. Kalau ini dijadikan gambar komik,mungkin di atas kepala kami cukup dibuat satu balon dialog aja dengan tulisan besar: PLEASE DEEHH......

Comments

Popular Posts